Tahun 2024 ini, Asuransi Kesehatan di Indonesia menjadi perbincangan hangat karena adanya repricing yang cukup signifikan, bahkan ada yang sampai beberapa kali mengalami kenaikan. Memang kenaikan biaya Asuransi Kesehatan itu hal yang lumrah terjadi. Penyebabnya bisa dari faktor pertambahan usia, perpindahan kelompok usia, inflasi medis, dan claim rasio. Akan tetapi, kenaikan biaya Asuransi Kesehatan di tahun 2024 ini dinilai cukup drastis dan membuat nasabah kebingungan.

Fenomena repricing Asuransi Kesehatan di tahun ini memang cukup signifikan, hal ini disebabkan karena adanya lonjakan rasio claim. Supaya Anda punya gambaran, mari kita lihat data AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) tentang perbandingan jumlah premi yang diterima oleh perusahaan asuransi dengan jumlah claim yang dibayar oleh perusahaan asuransi di tahun 2024 ini.

Dari data di atas, kita bisa lihat bahwa sejak 2023, jumlah claim Asuransi Kesehatan lebih tinggi daripada jumlah premi yang diterima perusahaan asuransi. Bahkan di tahun 2024, gap-nya semakin jauh. Dan perlu diingat, premi yang diterima oleh perusahaan asuransi juga tidak semuanya digunakan untuk claim, tapi juga untuk biaya operasional dan komisi agen.

Selanjutnya, mari kita bandingkan dengan data berikut ini.

Kalau di data pertama, perbandingannya dihitung pada periode semester 1 tahun 2024 (Januari - Juni 2024), sekarang mari kita bandingkan dengan data kedua yang dihitung pada periode Januari - September 2024. Hanya dalam 3 bulan, gap antara jumlah premi dan jumlah claimnya naik drastis. Inilah sebabnya perusahaan asuransi akhirnya mengambil langkah untuk melakukan repricing. 

Namun, melihat besarnya gap ini, repricing saja tidak cukup. Apalagi repricing yang terlalu drastis juga bisa berimbas pada daya beli nasabah. Karena itu, perusahaan asuransi juga menerapkan strategi lain untuk menekan lonjakan rasio claim ini, antara lain:

1. Strategi Fair Pricing.

Beberapa perusahaan asuransi menerapkan strategi Fair Pricing ini untuk menjaga daya beli nasabah dan tentunya juga bisa menekan angka claim. Strategi fair pricing ini akan memberikan benefit berupa diskon rate di periode berikutnya apabila nasabah tidak melakukan claim di periode ini. Jelas, strategi ini bisa menekan angka claim nasabah yang punya mindset “claim aja biar ga rugi”

2.  Claim di Preferred Hospital.

Beberapa perusahaan asuransi menggunakan strategi preferred hospital untuk mencegah lonjakan claim akibat over treatment rumah sakit. Dengan strategi ini, perusahaan asuransi bisa terhindar dari praktik mark up yang kadang dilakukan oleh beberapa rumah sakit. Caranya: apabila nasabah melakukan claim selain di preferred hospital, maka nasabah akan mendapat konsekuensi. Ada yang harus ikut membayar tagihan rumah sakitnya hingga 20% atau nasabah akan dikenakan kenaikan premi 2x lipat di periode berikutnya.

3.  Kebijakan Co Pay Saat Melakukan Claim.

Kebijakan ini akan mengurangi beban claim perusahaan asuransi karena setiap kali claim, perusahaan asuransi hanya akan membayar beberapa persen dari total tagihan rumah sakitnya, sesuai dengan ketentuan polis, dan sisanya akan menjadi tanggungan nasabah.  

4.  Deductible di Awal Periode Polis.

Mirip dengan kebijakan co pay di poin sebelumnya, perbedaaannya adalah pada strategi deducitible ini ada sejumlah nominal fix yang akan menjadi tanggungan nasabah saat melakukan claim di awal periode polis. Jadi, misalkan nasabah dikenakan deductible 25 juta, maka apabila nasabah melakukan claim di awal periode polis, 25 juta akan menjadi tanggungan nasabah. Bila total tagihannya lebih dari 25 juta, maka selisihnya akan ditanggung oleh perusahaan asuransi.