Ada beberapa pertanyaan yang pernah saya terima seputar agen asuransi dan komisinya, antara lain:

• Benarkah jadi agen asuransi itu komisinya besar?

• Benarkah produk unit link adalah yang komisinya paling besar?

• Benarkah agen asuransi itu kerjanya jalan-jalan ke luar negeri?

• Apakah agen asuransi benar-benar paham tentang asuransi?

• Benarkah agen asuransi itu kerjanya tipu-tipu nasabah?

• Dan masih banyak pertanyaan lainnya. 

Sebelum saya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada satu hal yang Anda perlu tahu tentang channel distribusi produk asuransi. Agen asuransi adalah tenaga pemasar (marketing) produk asuransi di distribusi channel yang disebut Agency. Selain agency, perusahaan asuransi juga memasarkan produknya melalui channel lainnya, seperti: telemarketing, financial broker, marketing bank (bancassurance), dan bahkan di awal tahun 2000an, asuransi juga sempat ditawarkan lewat channel retail seperti department store. Jadi, misselling tidak melulu terjadi di channel agency, seolah semua oknum yang nakal adalah agen asuransi.

Pertanyaan pertama yang akan saya bahas adalah: Benarkah produk unit link adalah yang komisinya paling besar? Berikut fakta-faktanya.

1. Komisi pada produk Unit Link bisa jadi lebih besar ataupun lebih kecil dari produk asuransi tradisional, hal ini bergantung pada kebijakan perusahaan dan fitur produknya. Nyatanya di lapangan banyak produk unit link dengan premi regular juga rate komisinya lebih rendah dari produk tradisional, malahan komisi unit link sebenarnya hanya diterima di tahun-tahun awal penerbitan polis, setelah itu walaupun nasabah tetap membayar premi dan biaya asuransi, agen asuransi yang bersangkutan tidak mendapatkan manfaat dari pembayaran lanjutan tersebut, bahkan agen asuransi masih dibebani tanggung jawab untuk service claim. Maka itu, kalau Anda adalah seorang agen asuransi, jangan rebate komisi anda, dan kalau Anda adalah nasabah, jangan minta diskon dan komisi agen asuransi, karena untuk memberikan excellent services, juga diperlukan biaya.

2. Asuransi Murni lebih menguntungkan dari pada Unit Link. Di beberapa perusahaan, penjualan Asuransi Murni, khususnya Asuransi Kesehatan Murni bisa jadi jauh lebih menguntungkan dari pada menjual Asuransi Kesehatan dalam bentuk Unit Link. Pembagian komisi pada Asuransi Murni lebih fair, dan agen asuransi juga tidak perlu repot memantau hasil investasi dan kondisi polis.

3. Tidak bisa dilihat dari presentase premi. Pada umumnya besarnya komisi unit link ditentukan dengan angka presentase tertentu dikalikan produk

Lalu apakah benar jadi agen asuransi adalah profesi/bisnis yang punya potensi penghasilan besar?

Yang perlu diluruskan adalah, setiap bisnis memiliki potensi income yang besar, namun seperti bisnis pada umumnya, ada orang yang bekerja di sektor bisnis yang sama, namun pendapatannya bisa jadi berbeda. Ada banyak pebisnis kuliner yang penghasilannya ratusan juta bahkan milyaran setiap tahunnya, namun ada juga pebisnis kuliner yang untuk mencukupi biaya hidup saja sulit. Demikian pula gambaran pada bisnis asuransi. Memang pada seminar perekrutan dan acara motivasi akan banyak dimunculkan tokoh yang berhasil, namun jangan lupa, di mana-mana yang berhasil dan menduduki peringkat atas jumlahnya pasti lebih sedikit dari yang rata-rata atau bahkan yang gagal.

Besarnya penghasilan tidak hanya ditentukan oleh sektor bisnis, namun justru lebih banyak pada pengetahuan, niat, kemampuan, dan ketahanan pelaku bisnis. Fenomena yang ada di lapangan malah banyak orang yang tidak punya latar belakang pendidikan finansial menjual produk finansial, salah satunya asuransi.    Hal inilah yang akhirnya menimbulkan lingkaran misselling yang berkali-kali terjadi. Padahal budget untuk asuransi tidak bisa dikategorikan dalam budget kecil, dan bahkan asuransi memiliki peran sangat penting dalam keuangan pribadi maupun keluarga.

Bisa jadi sebetulnya niatan pemasar asuransi, jauh dari niatan untuk “menipu”, namun karena tidak didukung dengan literasi keuangan yang memadai, maka pemasar asuransi ini menjadi tidak mampu menyampaikan fitur produk secara menyeluruh. Fenomena pola yang terjadi di lapangan justru lebih banyak pemasar yang memuja perusahaannya, tanpa benar-benar memahami spesifikasi produk yang dipasarkan. Jadi, memang faktanya sedikit sekali pemasar asuransi yang punya pengetahuan finansial yang layak untuk memasarkan asuransi. Hal ini juga didukung dengan pola recruitment, siapapun bisa jadi agen asuransi asal lulus ujian AAJI.